Laporan Kusman Rusmana, Humas FISIP Unpad
[pps.fisip.unpad.ac.id, 14-08-2023] Bandung – Senin,14 Agustus 2023 (16.00), , Program Doktor Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran kembali melaksanakan sidang Promosi Doktor, pada kesempatan ini Saiman Pakpahan yang merupakan mahasiswa Doktoral Program Studi Hubungan Internasional resmi menyandang gelar Doktor di Universitas Padjadjaran, setelah menyelesaikan sidang promosi.Promovendus dilahirkan di Dumai pada tanggal 10 Juni 1975 dari pasangan Bapak M. Daim Pakpahan (Alm) dan Ibu Nurhadisah Nainggolan, sebagai anak pertama dari Sembilan bersaudara. Pernikahannya dengan Nenny Dharmalina, SPd, Mhum, dikaruniai 2 (dua) orang anak yaitu Naufal Rizqullah Pakpahan dan Abid Raqilla Pranaja Pakpahan. Riwayat Pendidikan : Pendidikan SD diselesaikan pada tahun 1988 di SDN 042 Kota Duri, SMP diselesaikan pada tahun 1991 di SMPN 2 Simpang padang, Kota Duri, SMA diselesaikan pada tahun 1994 di SMAN 2 Duri, Jenjang pendidikan Sarjana Hubungan Internasional lulus pada tahun 2000 di Universitas Riau, Program Magister diselesaikan pada tahun 2002 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan pada semester ganjil tahun akademik 2018/2019 masuk kuliah Program Doktor Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Bandung.
Disertasi yang diujikan menurut Saiman Pakpahan Hubungan yang terjalin dalam level negara antara Indonesia dan Malaysia merupakan sebuah hubungan yang fluktuatif. Indonesia dan Malaysia, sebagai negara tetangga di Asia Tenggara, merupakan negara yang saling berbagi sejarah dan warisan budaya, serta menjalin pola relasi ketergantungan ekonomi antara satu sama lain sehingga mendorong kedua negara untuk menjalin hubungan bilateral selama bertahun-tahun semenjak kemerdekaan. Sekalipun secara historis hubungan Indonesia-Malaysia berakar dari perjuangan bersama dalam usaha merebut kemerdekaan negara masing-masing dari kekuasaan kolonial sehingga menumbuhkan semacam rasa solidaritas dan kekeluargaan antara kedua bangsa, namun era pasca-kemerdekaan hingga paska reformasi Indonesia menghadirkan tantangan dan konfik yang didasari oleh beberapa faktor, beberapa diantaranya adalah karena perbedaan ideologis ataupun perselisihan teritorial yang membuat hubungan antara kedua negara menjadi tegang dalam beberapa periodesasi pasca kemerdekaan.
Ketegangan diplomatik ataupun konflik bilateral antara Indonesia dan Malaysia menyebabkan meningkatnya nasionalisme dan rasa solidaritas di antara masing-masing warga negara yang pada gilirannya menumbuhkan rasa identitas nasional yang lebih kuat. Hal ini memantik peningkatan dukungan dan persatuan di antara warga negara, terutama ketika mereka menganggap negara mereka terancam. Selain itu, ketegangan diplomasi ataupun konflik bilateral juga dapat menimbulkan persepsi negatif, stereotip, dan prasangka terhadap warga negara lawan, yang berpotensi merenggangkan hubungan sosial. Contoh paling menonjol dari respon semacam ini dapat kita lihat dari respon sebagian besar rakyat Indonesia yang mendukung “program” Ganyang Malaysia di masa Soekarno.
Namun, di sisi lain, ketegangan diplomatik ataupun konflik bilateral antar negara tidak selalu berdampak langsung dan seragam pada hubungan sosial antar warga masing-masing kawasan. Konstruksi negara tentang relasi bilateral Indonesia dan Malaysia yang diwarnai dengan ketegangan diplomatik tidak selalu linear dengan relasi sosial masyarakat perbatasan di kedua negara. Masyarakat di diperbatasan pada posisi yang independen dalam membentuk identitas sosial dan terkadang tidak simetris dengan konstruksi negara. Peneliti melihat ketegangan dalam level elit dan struktur negara tidak selalu menimbulkan ketegangan antara warga Riau di perbatasan Indonesia–Malaysia terutama kabupaten Bengkalis, Rupat, dan Meranti. Menurut hipotesa penulis, hal ini dilatarbelakangi oleh identitas sosial yang dibagi oleh penduduk di kawasan perbatasan tersebut.
Fenomena sosial masyarakat perbatasan didiskusikan dengan menggunakan konsep identitas sosial dan keamanan masyarakat. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, identitas sosial merupakan salah satu aspek yang turut membangun dan merekatkan keutuhan sebuah negara. Identitas juga menjadi aspek penting dalam terjalinnya komunikasi dan hubungan sosial baik sesama anggota kelompok atau tatanan masyarakat hingga antar anggota kelompok atau tatanan masyarakat dengan anggota kelompok atau tatanan masyarakat lain. Dinamika identitas sosial masyarakat di perbatasan juga merupakan tema yang selalu mendapatkan perhatian dalam diskursus societal security (kemananan kemasyarakatan). Identitas sosial dan kemanaan kemasyarakatan di perbatasan merupakan dua aspek yang saling berhubungan satu sama lain.
Identitas sosial menurut Alexender Wendt (1999: 24) merupakan atribut yang melekat dan menjadi daya dorong dalam melakukan tindakan baik bagi individu maupun bagi ruang lingkup komunitas yang lebih besar seperti negara. Identitas masyarakat perbatasan antara dua atau lebih negara yang saling berbagi identitas yang sama merupakan sebuah hal yang unik, karena kepentingan dan interaksi yang mereka miliki dan jalankan kerap kali berkelindan dengan status mereka sebagai warga sebuah negara dan ikatan historis yang kerap kali telah terjalin bahkan sebelum masing-masing negara tersebut berdiri dengan konsep nasionalisme dan kepentingan nasional mereka masing-masing. Karena itulah, identitas yang terkonstruksi dalam beberapa tatanan masyarakat yang berasal dari negara yang berbebda namun saling berbagi identitas sosial yang sama seringkali memiliki pola interaksi maupun keterhubungan yang melampaui batas negara. Hal yang sama juga terjadi dengan masyarakat perbatas antara Indonesia dan Malaysia.
Beberapa studi menunjukkan keragaman strategi dalam merawat keamanan dan nasionalisme di kawasan perbatasan. Untuk itu, menjaga negara kesatuan republik Indonesia dari ancaman menurunya nasionalisme, harus dilakukan dengan berbagai cara dan upaya pendekatan. Pemahaman terhadap faktor-faktor yang menyebabkan penguatan dan degradasi nasionalisme pada sejumlah daerah di perbatasan Indonesia dipercaya berguna untuk memitigasi persoalan yang muncul sekaligus cara mengatasinya. Transformasi sosial dan dinamika pergeseran identitas sosial masyarakat di perbatasan juga berguna untuk melihat dinamika nasionalisme di daerah perbatasan. Identitas sosial merupakan tema penting dalam diskursus nasionalisme dan keamanan yang berbasis masyarakat di kawasan perbatasan. Menurut Bill McSweeney (2004), faktor identitas sosial dan kepentingan masyarakat di kawasan perbatasan merupakan aspek penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembentukan keagamaan diperbatasan dengan berbasis pada masyarakat.
Disertasi ini menempatkan diskursus identitas sosial dan keamanan berbasis masyarakat berdasarkan studi kasus perbatasan Indonesia dan Malaysia di area pesisir propinsi Riau. Penelitian menggunakan mazhab Kopenhagen sebagai pisau analisa utama untuk membahas, menganalisa dan menjelaskan fenomena yang terjadi di realitas masyarakat perbatasan Indonesia-Malaysia di Provinsi Riau. Di dalam penelitian ini, secara khusus peneliti menggunakan kerangka pemikiran McSweeney untuk mengeksplorasi pembentukan identitas sosial maupun keamanan kemasyarakatan (societal security) di perbatan Riau.
Isu tentang perbatasan dan keamanaan sudah banyak mendapatkan perhatian sarjana. Berbagai sudut pandang digunakan para sarjana dalam mengeksplorasi isu tersebut. Kajian tentang keamanan perbatasan yang menekankan pendekatan militer mengalami pergeseran seiring dengan diperkenalkannya konsep societal security atau keamanan kemasyarakatan.
Beberapa sarjana membahas isu perbatasan dua negara serumpun dengan memfokuskan pada periode konfrontasi antara kedua negara. Kajian lain berfokus pada mobilitas sosial di wilayah perbatasan Indonesia dan Malaysia, interaksi budaya, relasi sosial ekonomi, relasi gender, ataupun dinamika politik nasional pada masing-masing negara. Diskursus perbatasan Indonesia dan Malaysia juga dibahas dengan menekankan pada perempuan dan perburuhan, identitas sosial dan kontruksi relasi budaya. Kendatipun demikian, studi yang memotret persoalan perbatasan dua negara dengan menggunakan teori identitas sosial dan keamanaan kemasyarakatan (societal security) masih relatif terbatas. Wendy Mee (2015, 2019) memang pernah membahas relasi bilateral antara Indonesia dan Malaysia dengan berfokus pada isu perempuan dan perburuhan di Kalimantan. Kajiannya memberikan pemahaman penting tentang perempuan dan kontruksi budaya dalam konteks masyarakat perbatasan. Akan tetapi Mee tidak memfokuskan pembahasannya dalam konteks isu keamanan masyarakat.
Kajian perbatasan Indonesia dan Malaysia belum dibahas dengan menempatkan pada diskursus interseksionalitas identitas sosial dan keamanaan kemasyarakatan (societal security). Riau merupakan wilayah yang tepat untuk memperbincangkan tema ini mengingat kawasan Selat Malaka yang berada di perbatasan Indonesia-Malaysia, sebagian besar berada dalam wilayah Provinsi Riau, Indonesia. Penelitian ini berfokus menjawab pertanyaan akademik: mengapa ketika hubungan bilateral antara Indonesia dengan Malaysia mengalami ketegangan, ternyata hal tersebut tidak berdampak pada relasi sosial masyarakat pada perbatasan di provinsi Riau; bagaimana konstruksi identitas sosial masyarakat perbatasan Indonesia dan Malaysia di Riau; serta bagaimana relasi identitas sosial dan kepentingan masyarakat di perbatasan Riau dikaitkan dengan keamanan kemasyarakatan (societal security).
Sidang Promosi Doktor dipimpin oleh Ketua Sidang Prof. Dr. R. Widya Setiabudi Sumadinata, Sekretaris Sidang Dr. Wawan Budi Darmawan, SIP.,M.Si, Ketua Promotor . Prof. Dr. H. Obsatar Sinaga, S.IP., M.Si. Anggota Tim Promotor Prof. Drs. Yanyan M Yani, MAIR., Ph.D. Prof. Dr. R. Widya Setiabudi Sumadinata serta tim Oponen Ahli/Penguji yang terdiri dari Prof. Dr. Arry Bainus,M.A. Dr. Arfin Sudirman,S.IP, MIR, Dr. Wawan Budi Darmawan, SIP.,M.Si Representasi Guru Besar Prof. Dr. H. Nandang Alamsah D., S.H., M.Hum.,Disertasi yang disusun berjudul “KONTRUKSI IDENTITAS SOSIAL MASYARAKAT PERBATASAN INDONESIA-MALAYSIA DI PROVINSI RIAU” yang dinyatakan lulus dengan predikat “Sangat Memuaskan”
Selamat atas diraihnya gelar Doktor kepada Dr. Saiman Pakpahan Semoga gelar dan ilmu yang didapatkan dapat berguna bagi dunia pendidikan, dan Intansi tempat bekerja.
Sumber : pps.fisip.unpad.ac.id